Monday, February 16, 2009

Ancaman Pemanasan Global

Ancaman Pemanasan Global

TEMA pemanasan global menjadi topik penting dunia abad ini. Berbagai negara di dunia, kecuali Amerika Serikat, terpanggil untuk mengatasi permasalahan besar umat manusia. Ini menunjukkan perang bukan lagi ancaman besar. Secara nyata dan pasti, es di kutup utara sudah mulai mencair sebagai efek pemanasan global.Apa saja yang menjadi dampak pemanasan global itu?

Emisi gas buang dari asap mobil dan motor, AC di perkantoran dan perumahan, efek rumah kaca, gas-gas karbon dari pabrik, sampai pada pembakaran dan penebangan hutan yang serampangan, dan tentu saja walau agak diabaikan, uji coba senjata nuklir, perang, ikut memberi andil pemanasan global.

Hari ini pemanasan global menjadi musuh bersama para pemimpin dunia. Gejala alam kali ini, mencairnya es di kutub dikaitkan dengan pemanasan global. Semua ini karena ulah tangan-tangan manusia sebagai dampak dari industrialisasi, pertumbuhan penduduk yang amat cepat, habisnya lahan-lahan hutan untuk pertanian dan perkebunan atau berganti menjadi padang tandus, uji coba senjata pemusnah massal dan sebagainya.

Cepat atau lambat, dampak dari pertumbuhan penduduk serta industrialisasi pasti merambah kepada pemanasan global seperti yang kita rasakan hari ini. Perubahan musim yang sulit dideteksi para petani, banjir yang datang mendadak, menjadi petaka bagi umat manusia karena itu.

Bila ditarik ke belakang, pada zaman Nabi Nuh as. terjadi banjir besar yang memusnahkan sebagian umat manusia. Konon menurut para pakar lingkungan, es di kutub utara masa itu mencair. Dampaknya, sebagian umat manusia lenyap disapu air bah setinggi gunung. Menurut kitab Taurat, Injil dan Al Qur’an, menyajikan kisah-kisah unik tadi berupa perahu Nabi Nuh yang menyelematkan manusia dan satwa.

Namun, di era industrialisasi abad 21 ini, kasusnya tidak sama dengan era Nabi Nuh bukan? Boleh dikatakan bertolak belakang. Gejala-gejala alam masa dahulu kala itu kemungkinan terjadi karena adanya pengaruh dari planet-planet lain di angkasa sehingga menimbulkan banjir besar.

Pemanasan global kini disikapi sebagai ancaman serius umat manusia. Para pemimpin dunia mewaspadai berbagai dampak yang bakal terjadi ke depan, bumi makin panas akibat ulah manusia yang menimbulkan kerusakan alam lingkungannya. Kecerdasan manusia berbuah kepada manusia juga, termasuk petaka yang ditimbulkannya. Inilah dinamika hidup kemanusiaan yang fana ini.

Untuk mengantisipasinya, pada 3-14 Desember mendatang, para pemimpin dunia akan berhadir di Denpasar, Bali untuk menyambut Konferensi Tingkat Tinggi Dunia (KTT) tentang Perubahan Iklim. KTT akan membahasa berbagai upaya penanggulangan ancaman perubahan iklim tadi dengan berbagai langkah. Di antaranya yang paling utama dan amat mendesak adalah upaya penghijauan di seluruh kawasan dunia.

Sebelum keruntuhan peradaban umat manusia terjadi, para pemimpin harus menyikapi perubahan iklim ini dengan amat serius dan menjadi skala perioritas. Tetapi, sungguh kurang tepat bila Indonesia yang dianggap sebagai paru-paru dunia hanya dibebankan penanam kembali kawasan hutan yang sudah gundul tanpa biaya dari negara-negara maju yang beroleh oksigen dan udara bersih dari pepahononan hutan Indonesia. Maka, dalam kerangka tersebut Indonesia berkepentingan untuk memberikan beban kepada negara-negara kaya mensubsidi Indonesia. Dari merekalah munculnya perubahan iklim yang berdampak pada pemanasan global.

Negara-negara maju dituntut mengurangi efek rumah kaca, emisi gas buang karbon sebagaimana tercantum dalam Kesepakatan Kyoto di Jepang. Dalam hal ini, Amerika Serikat harus didorong untuk bergabung guna mengatasi masalah di negaranya. Hanya Amerika saja yang kini membandel untuk menolak ikut dalam mengatasi pemanasan global.

Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyatakan akan memprogramkan 79 juta pohon di Indonesia. Riau dikabarkan mengambil peran dengan 700.000 pohon. Aktivis perempuan akan menanam 10 juta pohon di Indonesia.

Lalu Aceh berapa pohon? Pemanasan global menjadi masalah kita, masalah dunia. Aceh hari ini masih dianggap sebagai paru-paru dunia. Mari kita pertahankan bersama dengan qanun yang tegas. Seulawah yang dahulu sejuk kini panas. Leuser kian panas. Dataran Tinggi Gayo pun kian panas. Mari dinginkan kembali hutan-hutan kita yang sempat tergunduli.

No comments:

Post a Comment